Saat hendak terlelap lena, desir angin menderu di telinga dan badan terasa mendadak tak mampu bergerak. Lalu terucap rangkaian doa demi mengusir sang ‘keberadaan’ yang coba mengusik jiwa
Kalimat di atas bukan sajak guys, tapi fenomena yang hampir pasti dialami semua orang, yakni ‘ketindihan’ atau dalam bahasa Jawa disebut ‘Rep repan’.
Ketindihan, rep repan atau dalam bahasa ilmiahnya sleep paralyze sejatinya gak berkaitan dengan fenomena keberadaan atau gangguan makhluk astral yakni hantu, jin dsb, namun malfungsi tidur pada tahap rapid eye movement (REM). Kondisi REM saat tidur ditandai dengan bola mata orang yang sedang tertidur bergerak memutar dengan cepat, dan ini merupakan tahap yang mengantar orang bersangkutan memasuki alam mimpi.
Nah, penulis sendiri sering mengalami ketindihan sejak SD hingga beberapa tahun lalu. Awalnya penulis ketakutan karena dulunya menyangka ini perbuatan makhluk gak kasat mata yang sengaja datang untuk mengganggu. Dulu, oleh ibu penulis, dikasih tau cara mengusir ketindihan. Caranya? Mudah kok. Saat badan terasa mulai ketindihan, biasanya sih diawali suara angin menderu di telinga, segera gerakkan kedua jempol dan telunjuk kaki dengan menyentuhkannya secara bersamaan. Percaya gak percaya, tapi penulis sendiri mengalaminya, angin yang menderu itu langsung hilang dan badan pun gak jadi ketindihan.
Emang sih, banyak cerita yang beredar kalo orang yang mengalami fenomena ketindihan merasakan keberadaan ‘lain’ saat peristiwa itu terjadi. Ada yang cerita sesaat sebelum ketindihan ada suara orang berteriak di telinganya, lalu tetiba ada anak kecil yang berdiri di samping doi dan menatapnya. At least, selama beberapa detik doi gak bisa bergerak. Tapi yang ingin penulis katakan, bukan ‘anak kecil’ itu penyebab ketindihan. ‘Anak kecil’ itu hanya ekses dari ketindihan itu.
Bingung dengan penjelasan di atas? Tanpa bermaksud menyinggung keyakinan beragama, nih penulis kasih penjelasan singkat dari sudut pandang penulis, baik dari artikel yang sudah penulis baca, maupun pengalaman pribadi. Dari beberapa literatur tentang kepercayaan kuno disebutkan, manusia terdiri dari tiga bagian, yakni tubuh, jiwa dan roh atau alam fisik, mental dan spiritual. Tubuh manusia berada di dimensi ketiga atau dunia fisik, dunia aktivitas kita sehari-hari. Jiwa berada pada dimensi keempat, dan roh ada di dimensi kelima.
Lalu, pada dimensi mana ketindihan terjadi? Yups, ketindihan terjadi pada dimensi keempat atau alam mental, juga disebut alam astral. Saat tertidur, tubuh fisik kita yang beristirahat guys, sementara tubuh astral atau jiwa kita tetap terjaga. Saat itu terjadi otak kita gak sadar kalo badan fisik kita sudah tertidur, makanya badan susah digerakkin. Saat bersamaan tubuh astral kita tetap terjaga.
Pertanyaan: kenapa kok pada beberapa orang, ada yang melihat keberadaan makhluk-makhluk gak kasat mata? Jawab: karena pikiran dan rasa takut lah yang menciptakan keberadaan makhluk-makhluk itu. Penulis sendiri pernah sengaja membiarkan ketindihan terjadi, dan memang gak ada makhluk astral yang datang. Justru penulis bisa melihat seisi kamar dengan mata fisik yang tertutup. Sejak saat itu penulis gak pernah was-was lagi jika fenomena ketindihan mulai terjadi pada penulis.
Inti dari artikel singkat ini yang ingin penulis sampaikan adalah, jangan pernah takut dengan ketindihan, karena itu peristiwa wajar, bisa dialami siapa saja dan bukan ulah makhluk gak kasat mata. Boleh percaya boleh gak, yang paling penting adalah tetap berpikir positif, karena itu akan berpengaruh pada diri kita, baik secara fisik, mental maupun spiritual. Salam kebahagiaan bagi semua makhluk.
Sumber foto:
www.majalahparanormal.com
spasikamu.com